Kamu, si calon Carl Rogers
Kamu memang calon Carl rogers, aku melihat aplikasi unconditional positive regard, emphatic understanding, genuinnes disetiap interksimu. kamu mampu diterima dimanapun, membuat orang lain bercerita apapun, bahkan pada seseorang yang sulit seperti ku, terimakasih kawan
Pertama kali ke kota ini aku merasa akan banyak kesulitan yang akan kuhadapi, aku
akan sendiri, dan yang pasti aku akan banyak terkedala soal menggunakan bahasa
jawa dan mengubah aksen Makassar ku menjadi aksen jawa ..
Ternyata memang benar, aku mengalami banyak kesulitan, mulai
dari memulai pertemanan, sampai berbicara banyak dengan orang lain. Aku terkadang iri dengan Mika dan Tismi yang
bisa dengan cepat beradaptasi dan membangun keakraban dengan orang lain. Tapi
tidak seperti diriku.. Aku harus mengobservasi, aku harus diam melihat mereka
dulu.
Akupun tahu kalau teman-temaku pun merasa tidak nyaman dengan
keberadaanku, yang diam, seakan menutup diri dan memilih-milih teman. Tapi
sesungguhnya kawan, ini bukan karena aku ingin menghindarimu,, tapi karena aku
takut kamu menolakku sebagai kawan,, aku takut jika kau tak menerimaku menjadi
bagian dari kelompokmu…
Mungkin ini yang disebut rendah diri,.. diabalik keangkuhan
yang mungkin kalian fikirkan ketika berhadapan denganku,, sesungguhya terdapat
lubang menganga tempat rend ah diriku bersemayam,, kadang aku tidak merasa
percaya diri, ketakutan akan kata “aku tidak diterima” selalu menjadi momok ketika
aku bertemu orang yang baru dihidupku.
Jauh dari itu, terkadang pula aku bingung mengapa kamu bisa
mendekatiku dan berusaha menjadi temanku. Kamu yang sesungguhnya berdarah jawa den telah lama tinggal di Timur. Pelan-pelan datang padaku, dan mengajakku berbicara
sedikit-demi sedikit. Mungkin kamu pernah merasa malu karena sikapku yang
dingin layaknya es batu. Ketika kau bertanya tentang tugasku, asalku, suku ku
dan banyak hal tentang diriku, dan jawabanku yang datar dan pergi tanpa pamit.
Akupun tak tahu sejak kapan aku mulai percaya bahwa kau akan
menerimaku sebagai temanmu.. Kau bersedia untuk mendengar cerita dan keluh
kesahku.. Tapi sejak keterpurukan ku di Kelas, kau datang sebagai seseorang
yang bisa kupercaya, mendengar ceritaku, ketika kelas belum dimulai atau bahkan
ketika kelas telah selesai dan kita harus duduk menunggu hujan yang reda..
Sesungguhnya aku sangat menyukai hujan,, ketika kelas
selesai, aku ingin bersegera lari
menerobos hujan,, dan menari bersamanya menuju rumah, dan kamu selalu
saja menahanku dengan alasan “nanti kau
basah dan, sakit kau nanti brabe itu
urusannya”. Diam-diam aku kecewa karena
tidak bisa menari dengan hujan, tapi aku sadar aku akan terlihat aneh ketika
aku berlari ditengah hujan itu. Walaunpun pada akhirnya kita harus pulang,
dengan sedikit basah karena hujan yang tak
kunjung reda, bagi seorang kekasih mungkin perjalanan pulang dengan
hujan bagai momen romantis, tapi bagiku perjalan pulang itu seperti bebasnya
aku dari penjara diam di kelas. Aku bisa bercerita apa saja denganmu, bercerita
tentang dirinya yang membuatku jatuh cinta dipandangan pertama dan cerita
tentang kekesalan dan apapun tentang diriku yang memang tidak penting untuk kau
dengar.
Kawan, usahamu menjadi Carl Rogers memang besar. Kamu berusaha menerimaku menerapkan Unconditional positive regard, ketika
semua orang sedang memikirkan mengapa aku diam dan berbeda. Emphatic
Understanding dan Genuinnes pun kamu terapkan. Aku terkadang
mengobservasimu, ketika kamu bercerita dengan teman-teman yang lain. Kamu
memang calon carl rogers, tidak hanya untuk ku tapi untuk orang lain pula. Benarkan
diam-diam aku menjadikanmu sahabat?.. Sedangkan sampai sekarang aku tak tahu
apakah aku memiliki seorang sahabat atau tidak. Benarkah pertemuan yang masih
singkat ini bisa membuatku percaya kau adalah sahabatku, dan benarkah kau juga
menganggapku sebagai sahabat?.
Tapi aku bersyukur bisa mengenalmu,, kamu memang calon carl
rogers. Sesungguhnya terkadang aku iri
melihat kemampuan komunikasimu, kamu bisa diterima oleh orang lain disegala
penjuru, kamu bisa berteman dengan siapapun, dan kamu bisa membuat orang
bercerita apapun kepadamu, bahkan pada orang yang sulit bercerita seperti aku. Ketika aku masih seekor ulat bulu, dan
sulitnya memakan daun Karen dauh-daun itu telah diberi pertisida, dan sekarang
ketika aku sadang menjadi kepompong, dan sedang bermetamorfosa menjadi seekor
kupu-kupu kecil…
Terima kasih kawan, aku bersyukur bisa mengenalmu
Dari
perempuan hujan yang diam-diam menganggapmu sebagai seorang
sahabat
emang orang lagi ketawa bisa menangis secara bersamaan....
BalasHapusanehnya aku...
hahahahaha
iya menangis dalam hati bsa kan.. hihihihihih
BalasHapusaku tuh...haa
BalasHapusKau tak menangis, kau sedang melawan kenanganmu sendiri,,,,
Hapus