Jumat, 07 Februari 2014

Kamu, si calon Carl Rogers



Kamu, si calon Carl Rogers 

Kamu memang calon Carl rogers, aku melihat aplikasi unconditional positive regard, emphatic understanding, genuinnes disetiap interksimu.  kamu mampu diterima dimanapun, membuat orang lain bercerita apapun, bahkan pada seseorang yang sulit seperti ku, terimakasih kawan

 



Pertama kali ke kota ini aku merasa  akan banyak kesulitan yang akan kuhadapi, aku akan sendiri, dan yang pasti aku akan banyak terkedala soal menggunakan bahasa jawa dan mengubah aksen Makassar ku menjadi aksen jawa ..

Ternyata memang benar, aku mengalami banyak kesulitan, mulai dari memulai pertemanan, sampai berbicara banyak dengan orang lain.  Aku terkadang iri dengan Mika dan Tismi yang bisa dengan cepat beradaptasi dan membangun keakraban dengan orang lain. Tapi tidak seperti diriku.. Aku harus mengobservasi, aku harus diam melihat mereka dulu. 

Akupun tahu kalau teman-temaku pun merasa tidak nyaman dengan keberadaanku, yang diam, seakan menutup diri dan memilih-milih teman. Tapi sesungguhnya kawan, ini bukan karena aku ingin menghindarimu,, tapi karena aku takut kamu menolakku sebagai kawan,, aku takut jika kau tak menerimaku menjadi bagian dari kelompokmu…

Mungkin ini yang disebut rendah diri,.. diabalik keangkuhan yang mungkin kalian fikirkan ketika berhadapan denganku,, sesungguhya terdapat lubang menganga tempat rend ah diriku bersemayam,, kadang aku tidak merasa percaya diri, ketakutan akan kata “aku tidak diterima” selalu menjadi momok ketika aku bertemu orang yang baru dihidupku.

Jauh dari itu, terkadang pula aku bingung mengapa kamu bisa mendekatiku dan berusaha menjadi temanku. Kamu yang sesungguhnya berdarah  jawa den telah lama tinggal di Timur.  Pelan-pelan datang padaku, dan mengajakku berbicara sedikit-demi sedikit. Mungkin kamu pernah merasa malu karena sikapku yang dingin layaknya es batu. Ketika kau bertanya tentang tugasku, asalku, suku ku dan banyak hal tentang diriku, dan jawabanku yang datar dan pergi tanpa pamit. 

Akupun tak tahu sejak kapan aku mulai percaya bahwa kau akan menerimaku sebagai temanmu.. Kau bersedia untuk mendengar cerita dan keluh kesahku.. Tapi sejak keterpurukan ku di Kelas, kau datang sebagai seseorang yang bisa kupercaya, mendengar ceritaku, ketika kelas belum dimulai atau bahkan ketika kelas telah selesai dan kita harus duduk menunggu hujan yang reda.. 

Sesungguhnya aku sangat menyukai hujan,, ketika kelas selesai, aku ingin bersegera lari  menerobos hujan,, dan menari bersamanya menuju rumah, dan kamu selalu saja menahanku dengan alasan  “nanti kau basah dan, sakit kau nanti  brabe itu urusannya”.  Diam-diam aku kecewa karena tidak bisa menari dengan hujan, tapi aku sadar aku akan terlihat aneh ketika aku berlari ditengah hujan itu. Walaunpun pada akhirnya kita harus pulang, dengan sedikit basah karena hujan yang tak  kunjung reda, bagi seorang kekasih mungkin perjalanan pulang dengan hujan bagai momen romantis, tapi bagiku perjalan pulang itu seperti bebasnya aku dari penjara diam di kelas. Aku bisa bercerita apa saja denganmu, bercerita tentang dirinya yang membuatku jatuh cinta dipandangan pertama dan cerita tentang kekesalan dan apapun tentang diriku yang memang tidak penting untuk kau dengar.

Kawan, usahamu menjadi Carl Rogers memang besar.  Kamu berusaha menerimaku menerapkan Unconditional positive regard, ketika semua orang sedang memikirkan mengapa aku diam dan berbeda.  Emphatic Understanding dan Genuinnes pun kamu terapkan. Aku terkadang mengobservasimu, ketika kamu bercerita dengan teman-teman yang lain. Kamu memang calon carl rogers, tidak hanya untuk ku tapi untuk orang lain pula. Benarkan diam-diam aku menjadikanmu sahabat?.. Sedangkan sampai sekarang aku tak tahu apakah aku memiliki seorang sahabat atau tidak. Benarkah pertemuan yang masih singkat ini bisa membuatku percaya kau adalah sahabatku, dan benarkah kau juga menganggapku sebagai sahabat?.

Tapi aku bersyukur bisa mengenalmu,, kamu memang calon carl rogers.  Sesungguhnya terkadang aku iri melihat kemampuan komunikasimu, kamu bisa diterima oleh orang lain disegala penjuru, kamu bisa berteman dengan siapapun, dan kamu bisa membuat orang bercerita apapun kepadamu, bahkan pada orang yang sulit bercerita seperti aku.  Ketika aku masih seekor ulat bulu, dan sulitnya memakan daun Karen dauh-daun itu telah diberi pertisida, dan sekarang ketika aku sadang menjadi kepompong, dan sedang bermetamorfosa menjadi seekor kupu-kupu kecil… 

Terima kasih kawan, aku bersyukur bisa mengenalmu


Dari 

perempuan hujan yang diam-diam menganggapmu sebagai seorang sahabat

4 komentar:

  1. emang orang lagi ketawa bisa menangis secara bersamaan....
    anehnya aku...
    hahahahaha

    BalasHapus
  2. iya menangis dalam hati bsa kan.. hihihihihih

    BalasHapus
  3. Balasan
    1. Kau tak menangis, kau sedang melawan kenanganmu sendiri,,,,

      Hapus