Kepergianku
Kepergian memang selalu menjadi musuh bagi ku, dia memberikan jarah pada kita dan dengan hebatnya bersekutu dengan waktu,, maka biarkan aku menari dengan kerinduan dalam tarian kebisuanku.....
Kepergianku ternyata
menjadi tetesan peluh disudut matamu yang tak bisa ku hapus dengan kedua
tanganku yang renta. Maka maafkan aku dengan kepergianku, aku inign tetap
berada di sampingmu, tak melepaskan genggamanmu. Namun kau tahu, banyak hal
yang memaksaku untuk melangkah pergi membawaku pada suatu jarak yang membuatmu terpisah
begitu jauh dengan ku.
Maafkan aku dan
kepergianku,, aku karena keduanya menjadi bilah pisau yang menyayat setiap
lembaran kasihmu, bahkan tidak pula dirimu, bilah pisau itu ternyata bermata dua, yang setiap kali menyayatmu maka setiap kali itu pula ia menyayatku tanpa
rasa kasihan.
Memang jarak selalu
menjadi musuh bagi kita, dan waktu juga menjadi sekutunya. Mereka merasa senang
mempermainkan kita bersama kerinduan yang menggebu. Kerinduan, kata ini selalu
saja menyiksa batin ku ketika senja, ataupun ketika bulan mengadah menuju
langit yang menghitamkan wajahnya yang tak terbatas.
Kau tahu, di beberapa
senja aku ingin menjelma menjadi dewi langit untuk menembus jarak yang menarik
kita begitu kuatnya. Aku ingin bersamamu memelukmu agar kau tahu kerinduanku selalu
saja ingin berlari kearahmu.
Aku menyukai tarian
bersama dengan keriduan, menari bersama diamku agar aku tahu bagaiamana kerinduan
begitu menyiksa. Ini bukan tentang
memenjarakan rinduku dalam diam dan keresahan. Ini tentang cinta dan makna
kerinduanku dalam tarian sunyi merindukanmu. Acchh yang tersulit memang adalah
merindukan,, karena jarak dan waktu begitu megahnya menjadi benteng untuk
menemukan mu,,,
Kau tahu, setiap detik
kerinduanku, selalu saja kusandingkan dengan amarah,, bukan karena hatiku
menyimpan luka-luka dan kurawat di jiwa kecilku, tapi jiwaku sedang bosan
dengan kerinduan yang tak kunjung bisa ku lepaskan dan kulewatkan,, mereka
dengan kuatnya mengalahkan ku begitu saja pada peperangan ku bersama dengan
diriku sendiri yang merindukanmu.
Maafkan aku,,, jika pada
beberapa aku aku mencoba untuk membunuh diriku karena pisau 0 yang sering aku
bicarakan denganmu di kota pertemuan kita. Pisau 0 yang begitu tidak masuk akal
dalam sebuah hubungan. Maafkan aku kekasihku,, Maafkan ke khilafanku dan logika
ku yang begitu dangkal dalam menilai. Aku ingin bertemu dengan mu setelah
kepergianku,,, Mungkin akan ada kepergian yang lain,, tapi aku harap kepergian
itu tidak pula menusukmu begitu hebatnya di kepergianku ini.
Maafkan aku bersama kepergianku,,, maafkan
diriku yang tak mampu mengalahkan jarak yang sedang bersekutu dengan waktu untuk
memisahkan kita. Maafkan kediamanku dan tarian riduku di dalam senyap kebisuan,
hingga kau mengira bahwa kau sedang merindukan bayang-bayang tanpa balasan,,
kau harus tahu bahwa disetiap langit seusai senja aku selalu mengirimkan pesan
pada rembulan yang tak kunjung purnama. Tentang aku dan tentang kerinduanku,,
Apakah mereka menyampaikannya untuk mu???,,
Mereka memang bisu,,
itulah kebodohanku,, aku menyampaiakan pesan yang tak sanggup bicara pada
manusia sepertimu. Biarlah, semoga ketika kau menatap rembulan seusai senja kau
tetap bisa menerima pesanku,, dengan hati yang bertautan, dengan sepasang cinta
yang saling sahut menyahut dikala senja.
Regard
Perempuan Hujan