Rabu, 29 Juli 2015

Kepergianku



Kepergianku


 Kepergian memang selalu menjadi musuh bagi ku, dia memberikan jarah pada kita dan dengan hebatnya bersekutu dengan waktu,, maka biarkan aku menari dengan kerinduan dalam tarian kebisuanku.....

Kepergianku ternyata menjadi tetesan peluh disudut matamu yang tak bisa ku hapus dengan kedua tanganku yang renta. Maka maafkan aku dengan kepergianku, aku inign tetap berada di sampingmu, tak melepaskan genggamanmu. Namun kau tahu, banyak hal yang memaksaku untuk melangkah pergi membawaku pada suatu jarak yang membuatmu terpisah begitu jauh dengan ku.
Maafkan aku dan kepergianku,, aku karena keduanya menjadi bilah pisau yang menyayat setiap lembaran kasihmu, bahkan tidak pula dirimu, bilah pisau itu ternyata bermata dua, yang setiap kali menyayatmu maka setiap kali itu pula ia menyayatku  tanpa rasa kasihan.
Memang jarak selalu menjadi musuh bagi kita, dan waktu juga menjadi sekutunya. Mereka merasa senang mempermainkan kita bersama kerinduan yang menggebu. Kerinduan, kata ini selalu saja menyiksa batin ku ketika senja, ataupun ketika bulan mengadah menuju langit yang menghitamkan wajahnya yang tak terbatas.
Kau tahu, di beberapa senja aku ingin menjelma menjadi dewi langit untuk menembus jarak yang menarik kita begitu kuatnya. Aku ingin bersamamu memelukmu agar kau tahu kerinduanku selalu saja ingin berlari kearahmu.
Aku menyukai tarian bersama dengan keriduan, menari bersama diamku agar aku tahu bagaiamana kerinduan  begitu menyiksa. Ini bukan tentang memenjarakan rinduku dalam diam dan keresahan. Ini tentang cinta dan makna kerinduanku dalam tarian sunyi merindukanmu. Acchh yang tersulit memang adalah merindukan,, karena jarak dan waktu begitu megahnya menjadi benteng untuk menemukan mu,,,
Kau tahu, setiap detik kerinduanku, selalu saja kusandingkan dengan amarah,, bukan karena hatiku menyimpan luka-luka dan kurawat di jiwa kecilku, tapi jiwaku sedang bosan dengan kerinduan yang tak kunjung bisa ku lepaskan dan kulewatkan,, mereka dengan kuatnya mengalahkan ku begitu saja pada peperangan ku bersama dengan diriku sendiri yang merindukanmu.
Maafkan aku,,, jika pada beberapa aku aku mencoba untuk membunuh diriku karena pisau 0 yang sering aku bicarakan denganmu di kota pertemuan kita. Pisau 0 yang begitu tidak masuk akal dalam sebuah hubungan. Maafkan aku kekasihku,, Maafkan ke khilafanku dan logika ku yang begitu dangkal dalam menilai. Aku ingin bertemu dengan mu setelah kepergianku,,, Mungkin akan ada kepergian yang lain,, tapi aku harap kepergian itu tidak pula menusukmu begitu hebatnya di kepergianku ini.
 Maafkan aku bersama kepergianku,,, maafkan diriku yang tak mampu mengalahkan jarak yang sedang bersekutu dengan waktu untuk memisahkan kita. Maafkan kediamanku dan tarian riduku di dalam senyap kebisuan, hingga kau mengira bahwa kau sedang merindukan bayang-bayang tanpa balasan,, kau harus tahu bahwa disetiap langit seusai senja aku selalu mengirimkan pesan pada rembulan yang tak kunjung purnama. Tentang aku dan tentang kerinduanku,, Apakah mereka menyampaikannya untuk mu???,,
Mereka memang bisu,, itulah kebodohanku,, aku menyampaiakan pesan yang tak sanggup bicara pada manusia sepertimu. Biarlah, semoga ketika kau menatap rembulan seusai senja kau tetap bisa menerima pesanku,, dengan hati yang bertautan, dengan sepasang cinta yang saling sahut menyahut dikala senja.


Regard


Perempuan Hujan