Selasa, 15 September 2015

Kau Yang Sedang Merencanakan Kematian

Kau yang sedang merencanakan Kematian

Ya itu kau
Setiap detik kau mencabuti akar bunga itu
Bunga yang kau rawat dalam kemarau panjang
Lalu kau gali pusaramu
Kau melangkah kebelakang seakan tak kuketahui

Sedang lupa, Ya kau sedang lupa
Aku adalah hidupmu
Tanpa sadar kau merencanakan pembunuhanku

Memasuki pusara yang kau gali
Sedang aku menunggu di liang lahat
Tidakkah kau ingin mencumbuku sebelum kematian?
Atau sekedar beradu kasih di ujung pusara
Atau kau sedang ingin kita bercumbu dalam satu pusara??

Ahhhh
Sungguh kau sedang merencanakan kematian
KITA

Sabtu, 12 September 2015

Selamat Wisuda Kakak Yozh

Selamat pagi.....
Selamat Wisuda…

Tahun ini menjadi tahun yang lebih banyak mendatangkan kabar gembira buat kita berdua. Tahun dimana aku dan kamu lulus pada hari yang sama, tahun dimana aku dan kamu diwisuda dan tahun dimana aku dan kamu akan membuktikan bahwa perasaan yang tumbuh diantara kita adalah tulus yang selalu kita doakan agar direstui oleh Tuhan. Semoga semuanya dilancarkan. Amin.


Kekasihku, Andi Yos yang selalu menambahkan nama belakang dirinya dengan Mappangara.

Sesungguhnya aku sedang merasa cemas, karena tak bisa melewati hari wisudamu bersamaku, aku yang tidak ada disampingmu. Maafkan aku, tapi bukankah ini kesepakatan kita kan?? Kita sedang merencanakan tarian besar dalam hidup kita yang akan kita rayakan bulan depan dan kita telah bersepakat agar aku berfokus pada pesta itu. Aku menyetujuinya. Mulai sekarang memang kita harus lebih banyak berhemat dan memikirkan banyak hal, serta segala kemungkinan yang akan kita hadapi berdua. Ya tentu saja berdua.

Mungkin saat ini kamu sedang melewati prosesi sidang terbuka, sedang menyanyikan hymne dan mars universitasmu, sedang mengucapkan janji alumni dan menuju prosesi bersalaman dengar rektor dan dekan di universitasmu,, Selamat. Mungkin kamu tidak menjadi wisudawan terbaik namun aku tahu kau selalu melakukan yang terbaik. Sebelum wisuda kau pernah meminta maaf untuk itu, kau tak bisa menjadi wisudawan terbaik, tapi bagiku tak menjadi masalah, kau tak berhutang kepadaku. Bagiku kau selalu menjadi yang terbaik, walau terkadang aku tak percaya dengan keputusanmu dan butuh waktu untuk meyakinkanku. heeeehehee

Masih ingatkah kamu?, 3 tahun lalu saat aku marah dan mengatakan kamu seorang yang pembohong, kerena saat itu kita telah berjanji untuk berangkat melanjutkan pendidikan bersama-sama dan lulus bersama.  Namun kau melanjutkan pendidikan setahun lebih dulu denganku. Lalu dengan itu aku berencana tak mengantarmu ke bandara apalagi untuk memberikan senyuman padamu sebelum kau berangkat ke Surabaya. Walaupun kamu selalu meyakinkanku akan lulus bersama-sama karena masa studimu yang akan berlangsung lebih lama dari biasanya, tapi aku tetap tak percaya, kau akan lulus lebih dulu atau kau akan jatuh cinta pada perempuan lain disana. Lalu olok-olokan teman-teman kita selalu membuatku percaya bahwa kau akan jatuh cinta beneran.

Setahun kemudian aku menyusulmu, walaupun tidak dalam satu kota, tetapi jarak Malang dan Surabaya menjadi lebih dekat bagi kita. Kita belajar seperti mahasiswa kebanyakan, kita mengejar mimpi-mimpi kita dan benar janjimu tak meleset bahkan lebih hebat dari yang pernah kubayangkan. Tepat di tanggal 25 juni 2015 kita lulus, kita ujian di hari yang sama, di kota yang berbeda. Dan rencana Tuhan memang selalu lebih indah buat kita.
Aku juga pernah memimpikan saat keluar dari ruang ujian, kau akan datang memberiku seikat bunga, dan mengabadikannya lewat foto dengan senyum yang paling bahagia. Namun rencana Tuhan jauh lebih indah. Ternyata doa dan mimpi kita 3 tahun yang lalu yang sedang dikabulkan Tuhan.

Diperjalanan menuju bangku kelulusan pun selalu kita warnai dengan banyak pertengkaran. Aku marah dan kamu akan lebih marah, aku egois dan kamu akan jauh lebih egosi, bahkan aku pernah mengatakan aku tidak mencintaimu lagi lalu kau terdiam dan tak acuh padaku, atau bahkan kita pernah tak saling mengabari selama 5 bulan. Namun semua pertengkaran itu berhasil kita lewati. Sejak awal kita telah memimpikan untuk bersama-sama, walau perjalanan tak selalu lurus dan mulus. Selalu ada kerikil dan jalan berkelok-kelok di perjalanan menuju tujuan kita. Tetapi tetap saja kita bisa melewatinya dan bersama.

Terkadang ada marah diantara kita, namun bukankah kemarahan membuat hati kita sedang berfungsi untuk merasakan kecewa??. Setiap pertengkaran selalu memacu hati kita yang sedang bertumbuh sampai pada titik kita akan menertawai diri kita sendiri yang sedang marah. Entah tertawa karena kelucuan apa.

Walaupun kita tidak melewati prosesi wisuda di tempat yang sama atau di tanggal yang sama dan ada aku dan kamu disana, tetapi kita wisuda di bulan yang sama. Dan selalu ada kata sama yang tersisa diantara kita.

Selamat Wisuda

Semoga kamu menjadi seorang M.Si yang bertanggung jawab, menjadi seorang insan akademik yang bersetia dan jujur. Semoga ini menjadi langkah awalmu membangun bangsa memberi banyak manfaat bagi orang lain dan menjadi khalifah dibumi sesuai tugasmu sebagai manusia.

Hari ini kamu di kukuhkan menjadi seorang yang terpelajar, maka berati kamu mengemban amanah yang semakin besar. Tidak hanya untuk dirimu sendiri, keluargamu, namun juga bangsamu. Kamu harus menjadi poros bagi masyarakat untuk mengembangkan keilmuan dan memajukan peradaban bangsa kita. Aku tahu ini tugas berat, Namun bukankan kita pernah berjanji bersama untuk mewujudkan hal itu, bersama pula dengan teman-teman terpelajar lainnya. Semoga.

Selamat wisuda,  dan aku selalu bangga kepadamu







Teruntuk Kekasih Jiwaku


Aku ingin menulis surat untukmu,, ah tidak mungkin sebuah catatan hatiku, melalui waktu-waktu dengan mencintaimu yang kadang tak sempat kusampaikan padamu,,, kadang kusembunyikan bahkan kadang kutulis lalu kumusnahkan

Entah apa yang menggerakkan jari-jariku untuk menulis catatan hatiku padamu,, tentang cintaku yang hampir kandas karena ulahku,, bahkan dalam perjuanganku yang dipenuh resah ketika malam-malam mulai menyapa atau gelap yang mulai menyelimuti saat jarak mulai menjadi raja diantara kita.... memisahkan kita dalam kepasrahanku yang sesungguhnya aku ingin berontak karenanya..


Apakah karena kita telah terbiasa menjauh,..??? ataukah karena kita tak lagi saling mencintai dalam ketulusan yang mendalam???.. Ah aku rasa kita hanya saling menjauh,, karena jika kita tak saling mencintai tidak mungkin kita berupaya mencoba memulai kasih kembali dalam hati yang tidak lagi utuh saat kita bersama dahulu...

Aku ingin mencintaimu dengan cara yang tidak sederhana,, aku ingin mencintaimu dengan cara yang sesempurna yang aku bisa, dan yang terbaik dalam hatiku,,, karena saat aku sadar bahwa hatiku telah jauh melangkah,, aku akhirnya menerobos waktu, jarak dan cemohhan orang-orang untuk menggapaimu kembali,,,
Terima kasih karena mau belajar mencintaiku lagi

Kau tahu, aku begitu kuat untuk menahan sakit,,,apalagi jika itu bertujuan untuk membahagiakan dirimu,, bertujuan untuk membuatmu merasa nyaman,, Jika beberapa hari ini kau merasa bahwa aku mengganggu ketenangan jiwamu,, maka maafkanlah,, sesungguhnya aku hanya ingin memperhatikan dan menyanyangimu lebih dalam bentuk lain

Sejak jarak menjadi raja dan waktu masih saja berjalan lambat,,, yang terus melingkupi keresahanku,, saat malam-malam tidak menjadi sahabat untuk membelai mata dan kepalaku untuk terlelap,, saat gelap tidak lagi menjadi ketakutan bagi pengantar tidurku yang akan membawaku terlelap,,, aku selalau berdoa agar tuhan tetap menjagamu,, dan terus membuka hatimu untukkmu untuk tetap mencintaiku dan menyayangiku setulus hati seperti dulu dan takan pernah berubah sampai aku tak lagi kuat, saat mataku mungkin mulai rabun untuk terus memperhatikan wajahmu, saat senyumanku tak lagi indah karena keriput dan gelambir wajah menjadi garis dan tanda bahwa aku akan menghadap yang maha kuasa.....

Mungkin dirimu bukan seorang penikmat tulisan konyol seperti tulisan yang kini ku kirimkan kepadamu,, mungkin tulisan ku bukan tulisan hebat,,, ini memang bukan tulisan yang perlu dinilai,, tapi ini tulisan yang hanya perlu kamu baca dengan hatimu yang tulus tanpa ego,, karena ketakutanku kehilanganmu,, karena ketakutanku membuat dirimu semakin menjauh,,,

Beberapa waktu,serasa kau ingin sendiri dan menjauh dariku,,, Ingin menikmati kesendirian,,,  maka jika itu pintamu, aku membiarkan kamu merasakannya...aku juga ingin tahu apakah kamu merasa bahagia dengan kesendirian itu atau kamu merasa tak lengkap tanpaku,,,


Aku mencintaimu dengan segala kekuranganmu dan kelebihanmu,, entah sikap pemarahmu yang akhir-akhir ini muncul adalah sebuah sikap yang selama ini tertutupi ataukah memang engkau yang telah berubah,,, tapi yang pasti,, jika kau mencintaiku, dimana pun kau pergi kita akan tetap kembali pada tempat dimana sesungguhnya hati ini berlabuh,,, walau cinta itu kadang membutakan tapi sesungguhnya dia tahu dimana ia selayaknya kembali 
walau tak tahu arah kasih sayang akan menuntunnya untuk pulang....

Jumat, 11 September 2015

Aku Seorang Perempuan Yang Kalah



“Kau adalah perempuan yang selama ini aku cari, kau satu-satunya perempuan yang layak aku sandingkan dengan diriku, dan kujadikan istri, begitu lama aku mencari perempuan seperti dirimu, dan mengapa baru sekarang aku menemukannya”

Aku selalu mengingat kata itu, mungkin bukan sebuah janji kepadaku. Tapi bagiku kau sedang menegaskan kepadaku bahwa aku perempuan terbaik dalam hidupmu dan takkan pernah ada perempuan lain yang akan menggantikanku.  Bagi aku yang sedang jatuh cinta padamu, aku akan dengan mudah percaya. Perempuan memang selalu percaya tanpa ada pembuktian, mereka bisa mempercayai sesuatu hanya dengan menggunkan telinganya. Termasuk Aku.

Tak satupun perempuan yang rela jika cintanya dibagi, termasuk aku. Jikalau harus merelakan ragamu mungkin aku siap. Namun jika merelakan hatimu tentu saja aku takkan pernah siap. Mungkin ada hal yang perlu perempuan pelajari di bangku sekolah, yang selama ini tak pernah ada pada pelajaran-pelajaran formal bahkan di jenjang doktor sekalipun. Pelajaran tentang bagaimana mengenali lelaki yang sedang berbohong (Nanti-Lelaki terakhir yang menagis di Bumi). Mengenali kebohongan seorang lelaki seperti kepingan puzzle yang sulit untuk dimengerti, dan aku yakin jika dilakukan tes kecerdasan mengenali kebohongan laki-laki maka hampir semua perempuan akan remedial berulang kali. Apalagi jika mereka sedang jatuh cinta. Jika patah hati dengan segala kesedihan membuat manusia sulit diatur maka jatuh cinta menjadikan manusia tak dapat dikendalikan.
Hari ini aku sedang berada dilembah terjal menuruni anak tangga kenangan dan mencoba mengingat kembali semua tulisan-tulisanmu yang selalu kau hadiahkan padaku. Bagimu itu adalah rumahku tempat aku berlindung dari segala keresahanku. Namun bunga menjadi layu dan aku terusir dari rumahku. Tetapi kau jangan salah sangka, aku hanya sekedar mengenang dan mengingatkanmu. Bukan untuk menghakimimu. Bukankah hanya kenangan yang akan menjadi kawan. Bukankan setiap kisah selalu menjadi sejarah. Hanya ada dua kemungkinan, menjadi menjadi sejarah yang indah dan menjadi sejarah yang kelam. Namun keduanya tetaplah sejarah yang memberikan pembelajaran bagi manusia. Termasuk kisahku denganmu.

Kenangan tentangmu bagai dua mata pisau yang tajam keduanya mampu mengiris. Kisah indah akan menjadi kenangan manis sambil menikmati secangkir kopi dan memandangi langit biru. Kenangan pahit akan menjadi pembelajaran untuk menata kehidupan yang lebih baik. Seharusnya manusia senantiasa bersyukur untuk segala perkara yang dia temui, karena pada akhirnya semua berujung pada kebaikan. Aku tahu bahwa aku sedang menjelma menjadi cinta yang marah dengan kekesalanku pada akhir yang bagiku menyakitkan mungkin juga karena aku tak menerima kekalahan. Mungkin karena harapan masih saja menggeliat dipikiranku dan perasaanku. Dan aku masih berusaha untuk percaya pada semua kata.

Bagimu aku adalah sepenggal kisah lalu, benarkah aku kisah yang lalu??, aku hanya bertanya benarkah seperti itu. Kau tak pernah kusandingkan dengan kata itu, kau adalah keabadian dalam kenanganku dan menjadi kekasih dalam kenanganku dan selalu seperti itu. Lalu kuabadikan kau lewat pekerjaan-pekerjaan keabadian. Takkan hilang di liang lupa dan takan tergerus oleh waktu walau tulang sudah menjadi tanah. Dia abadi dalam tulisan. Namun mungkin kau punya pendapat yang lain dan memilih keputusan yang untuk menyandingkanku sebagai kisah lalu. Namun harus kau tau aku tetap abadi, dan aku jiwa yang abadi. Dan kali ini aku sedang tidak sependapat denganmu, tapi itu keputusanmu yang harus aku hormati.

 Cinta dan harapan seperti bagian kehidupan yang tak akan habis untuk kau baca. Cinta dan harapan mampu membuat manusia benar-benar hidup dan mampu membunuh manusia dengan seketika. Mungkin ini pula yang terjadi padamu, cinta dan harapanmu terus saja berperang dengan sang nyata bahwa ada kisah yang memang tak perlu mengenal tuannya. 

Aku perempuan yang kalah..
Aku mengakui padamu, aku memang kalah dengan perempuan yang memang ingin memilikimu sejak dulu, dan aku mengakui kekalahanku karenanya. Aku kalah karena ia mampu mematahkan semua janjimu kepadaku, janji penjagaanmu dan janji kebadian darimu. Tapi tak perlulah aku menagihnya, hanya sekedar mengingatkanmu lalu kubiarkan kau menghukumku pada janji yang mungkin kau kira telah kupatahahkan sejak dulu.

Aku perempuan yang kalah..
Aku kalah karena kau menginginkan kekalahanku, saat kau benar-benar tak mampu bertahan melindungiku, katamu. Namun biarlah kisah ini menjadi kisah perempuan yang kalah. Kalah atas pertarungan memenangkan hatimu. Bukankah hatimu memang tidak untuk dimenangkan??. Kau bukan perlombaan apalagi hatimu. Ia memilih dengan siapa ia ingin membuka pintunya dan dengan siapa ia akan menyerahkan kuncinya.  Walau terkadang setiap hati tak selalu bertemu dengan tuannya. Mungkin sekedar singgah dan hanya menjadi persinggahan. Lalu aku perempuan yang kalah dan mengakui kekalahannya.

Aku perempuan yang kalah…
Dan aku tahu kau tidak sedang bahagia hari ini, kau sedang mencari liang lupa, berlari bersama waktu di jalan-jalan sepi. Namun tak juga kau temukan liang lupa itu. Aku adalah kenangan yang abadi. Bahkan ketika aku adalah perempuan yang kalah dang mengakui kekalahannya. Mungkin ada masa kau akan menjinakkan dirimu pada kenangan dan menjadikannya sahabat, agar kau bisa menjadi benar-benar hidup. Dan disaat yang sama aku menjadi perempuan yang kalah dan mengakui kekalahannya.

Aku memang selalu kalah dengannya, sejak awal aku tahu bahwa kau adalah orang yang akan menghancurkanku lagi dan lagi. Aku bisa mengalami kehancuran sebesar aku mencintaimu. Lalu selalu bersedia untuk memberi pengampuan. Terima kasih kau telah mengajariku banyak hal sebanyak kau memberikan kebahagian dan kehancuran padaku dalam waktu yang bersamaan. Lalu maafkan aku yang mencintaimu sekaligus menyakitimu (fadh fahdephie - Rumah tangga)


Kamis, 10 September 2015

Sebuah Sajak



Aku ingin melukiskan sesak dalam sebuah tanda yang tak bisa kau mengerti

Mungkin sebuah di kertas kosong yang usang

Atau pada batu besar yang tak bisa kuhancurkan

Atau tembok besar yang terlalu tinggi dan tak bisa ku lampaui,


Dan selalu menahanku saat aku mencoba berlari kearahmu.


Teruslah menahanku, selalu dan selalu

Rabu, 09 September 2015

Kenangan TITIK


 Kenangan akan menjadi abadi, dia perjalanan jiwa. Kita hanya bisa memilih untuk berdamai dengan kenangan atau berpura-pura melupakannya.

Aku pernah berjanji pada diriku sendiri untuk tidak meuliskan surat lagi untukmu “kenangan”, aku benci dengan dirimu. Kau tahu aku lebih banyak membaca akhri-akhir ini, aku merasa membaca bisa membuatku lari dari keinginanku untuk menulis surat kepadamu, aku merasa buku-buku adalah tempat yang paling aman untuk bersembunyi. Tapi membaca adalah sebuah pekerjaan bersuhu tinggi. Semakin aku membaca dan bersembunyi maka kepalaku pun semakin panas untuk menuliskan banyak surat untukmu, entah dari mana hubungan ini bisa terjadi tapi kata-kataku begitu banyak untuk segera dialirkan dan ditumpkahkan pada secarik kertas kosong.

Mirip seperti bendungan penampungan air. Semakin aku membaca maka semakin banyak air yang ditampung, masalahnya adalah kapasitas bendungan fikiranku terbatas, jika tetap kutampung tanpa ampun, maka air ini bisa saja menjadi air bah yang akan merusak segala hal disekitarnya, memang pengrusakan selalu saja mengajari hati manusia untuk memberikan pegampunan tapi tetap saja manusia bertugas untuk menjaga kedamaian sekitarnya. Dengan alasan itu aku tahu aku sedang butuh menulis. Bagiku menulis adalah pekerjaan yang bersuhu rendah, menulis seperti air mengalir dan begitu dingin. Aku butuh keseimbangan dalam pikiranku, agar kau tetap ada disana dan tetap seperti itu.

Pagi ini aku menatap pohon kecil di dekat jendela kamarku dan mendengarkan kicau burung pipit yang sedang berkasih sayang dengan pasangannya. Seketika itu aku tahu bahwa aku juga membutuhkan waktu berkasih sayang denganmu, mungkin tidak seperti burung pipit yang kulihat pagi ini, cukup dengan menulis surat untukmu menumpahkan semua kata yang telah tertampung cukup lama di bendungan fikiranku.  Aku butuh menulis.

Ada banyak kata yang tak sempat aku ucapkan kepadamu di akhir pertemuan kita. Aku tahu kau telah memutuskan untuk berhenti menulis surat-surat untukku. Mungkin kau marah denganku karena aku tak pernah lagi membalas suratmu beberapa bulan ini. Tapi kau harus tahu, aku memilih diam bukan karena tak merindukanmu atau tak peduli denganmu. Aku memilih diam karena aku merasa diam adalah tempat yang paling aman untukku, setidaknya dalam diam aku bertemu dengan sepi dan keheningan. Sepi bagiku adalah obat mujarab bagi segala kesakitan, berteman dengan diri sendiri dan berdialog dengan hati yang sedang rapuh. Lalu mengalirkannya dalam rinai air mata yang tak perlu kau liat dan tak berharap engkau hapus dari pipiku.

Aku telah berusaha mencarimu, disetiap orang yang melewati tempat pertemuan kita, disetiap taman, disetiap bunga dan rerumputan, disetiap kumbang yang kau kenalkan padaku dan disetiap langit yang kulalui. Tetapi tak ada jawaban dari mereka, mereka hanya berkata tak tahu tentangmu. Aku tahu mereka mengetahuinya, aku curiga kau memang senganja bersembunyi dan meminta mereka untuk menyembunyikanmu dari ku dan dari pencarianku.

Seketika aku marah, aku marah karena aku selalu berfikir bahwa kau mencintaiku, merindukanku dan selalu ingin mendekapku. Tapi tidak, kau tak datang walaupun telah kugedor dinding-dinding keangkuhanmu begitu keras. Hasilnya tetap saja sama, kamu betah di ruang persembunyianmu yang mungkin sudah kau temukan kebahagiaan disana. Aku lelah, aku memang lelah dan kuputuskan untuk pulang. Kepulanganku begitu menyedihkan, aku yang berjalan di jalan kecil kesedihanku tanpa kamu. Di jalan itu aku hanya mendengar suaramu yang selalu marah kepadaku ketika aku menggenggam bola panas sendiri dan tak membaginya padamu. Tapi di jalan kecil ini kudapati diriku menggenggam bola panas ini sendiri tanpa kamu, sedang aku membutuhkanmu untuk menggenggam bola panasku yang lain. Dan kau tak ada.

Aku menjelma menjadi cinta yang marah, namun kau tahu???? Hatiku tak begitu kuat untuk menggenggam kemarahan tentangmu begitu lama. Aku mengerti perpisahan begitu menyakitkan dan selalu menjelma menjadi sepi yang mencekam dan manusia selalu benci dengan cekaman sang sepi. Mungkin kau juga sedang merasakan kebencian itu juga. Sedang aku mencoba untuk melawan sepi dengan bersembunyi di balik buku-buku itu. Tapi semakin aku melawan sepi maka semakin kuat pula sepi itu mencekamku. Yang kutemukan hanyalah ketakutan, perlawanan yang tak mampu membunuh musuh namun semakin membunuh tuanya sendiri.

Sesaat aku menatap langit biru, warna biru yang selalu kau simbolkan dengan kedalaman perasaan. Jauh dan berjarak namun tetap jelas warna yang dia miliki. Mungkin itu simbol dari rasa yang belum kita temukan jawabannya sampai hari ini sebelum engkau memutuskan untuk bersembunyi dan terus bersembunyi sedang kau tahu aku sedang mencarimu disetiap sisi perjalananku. Mungkin hanya diriku, aku merasa biru adalah kedalaman itu, mungkin itu juga yang sedang kau maksudkan kepadaku dengan bersembunyi. Jauh dan berjarak dengan warna yang nampak jelas. Kau dan aku yang berjarak namun jelas ada pada rasa yang sama.

Aku tahu bahkan ketika aku sedang belajr untuk mengerti warna biru itu, walaupun aku sedang menatap langit di jalan kecil ini, kenangan selalu lihai menari-nari di dalam pikiranku, lalu secepat kilat mengoyak-oyak perasaan ku. Ternyata mengerti tentang rasa tidak berarti kita mampu berdamai dengan kenangan. Kenangan adalah sisa perjalanan jiwa yang akan abadi. Jika kau berfikir bahwa kau mampu menguburnya bahkan melupakannya maka sama saja kau sedang menulis di dalam air. Semakin kau menulis semakin tak tampak hasil tulisanmu. Semakin kau melawan kenangan maka semakin ia ada dalam pikiranmu dan semakin sakit pula kau dibuatnya.

Aku mengutip kata Aan Mansyur- Lelaki Terakhir Yang mengis Di Bumi, “kenganan punya banyak cara untuk menjerat dan membunuh pemiliknya. Manusia tidak lebih dari seekor binatang bodoh dan lemah dihadapan kenangan. Hanya ada dua pilihan. Menjadi jinak atau mati terjerat dalam sejenak”. Jika kau memilih melawan kenangan aku menghormati segala keputusanmu dan mungkin kau sedang menunggu untuk mati dalam jeratan kenangan. Namun aku memiliki keputusan yang berbeda, aku memilih menjadi jinak, bersahabat dengan kenangan dan menjadikannya bagian dari diriku. Karena bagiku tidak ada kata lupa bagi kenangan dikarenakan waktu, yang ada hanyalah berdamai dengan kenangan seiring dengan berlalunya waktu atau kita berpura-pura lupa dengan kenangan. Dan aku berharap kau mengerti maksudku.

Aku tahu kau tak menerima akhir dari kisah ini, kau terjerat dalam harapanmu yang jelas-jelas kosong. Kau selalu berkata kepadaku bahwa kata kita adalah kata yang tak mungkin dengan lima benteng yang sering kau keluhan padaku, namun kau harus tau bahwa segala kehidupan di Bumi ini selalu punya kata kecuali dan kata tetapi kata kak Aan. Mungkin kita kita tidak akan ada pada dunia yang nyata, tapi kata kita bisa hadir di lembaran tulisan-tulisanmu hanya untuk mengantarkan rindu yang berdera dan berderu dalam bingkai kenangan dan abadi dalam tulisan. Ya mengabadikanmu dalam tulisan dan akan kau baca nantinya sambil tersenyum di kursi goyangmu bersama secangkir kopi dan kaca mata tuamu. Hanya itu, cukup itu dan akan sampai disitu.

Lalu karena semua alasan ini aku mencarimu sesungguhnya. Tapi kau selalu senang dalam persembunyianmu mempermainkanku diluar sana yang sedang menggedor-gedor pintu-pintu persembunyianmu. Dan aku tahu kau juga sedang sekarat disana. Ingin aku menolongmu segera namun mungkin kau punya cara lain untuk menolong dirimu sendiri. Semoga kau tak pernah menyesal dengan keputusanmu, karena aku selalu berharap untuk itu. Walaupun mungkin melihat orang lain menyesal karena perbuatannya yang menyakiti adalah kabahagiaan yang sangat jarang ditemui, namun aku tak pernah mengharapkan itu terjadi padamu.
Sampai akhirnya aku memutuskan berhenti menggedor-gedor pintu persembunyianmu bukan karena aku lelah, tapi aku menghargai segala yang kau putuskan, walau kadang aku berfikir bahwa kau sendiri tak menghargai segala keputusanku. Bahkan sekedar untuk mendengarkan alasan-alasanku. Semuanya kau ganti dengan kata salah termasuk awal kebagiaan yang pernah kau rajut bersamaku kau ganti dengan kata salah dan tidak baik. Aku hanya ingin mengenang katamu yang selalu memarahiku ketika aku mengucapkan kata yang sama dan memutuskan untuk menjauh lebih awal, hanya untuk mengenang. Lalu kupersilahkan kau hukum aku sebagai pelaku kejahatan. Mungkin itu keputusanmu yang harus kuhormati.

Namun kau harus tau, bahwa tidak ada cinta yang tidak adil. Banyak konsep yang telah kita pelajari tentang adil, seperti tidak berat sebelah. Namun jika itu keadilan maka akan ada tambahan kata “ke” yang berarti kata kerja atau upaya/berusaha untuk adil. Tapi adil yang seperti apa?, dan defenisi yang seperti apa yang paling cocok untuk itu?. Namun bagiku konsep itu diterapkan dalam cinta, tetap saja cinta punya perhitugannya sendiri. Cinta memiliki angka-angka sendiri, penilaian sendiri dan penjumlahanya tersendiri. Dan bagiku apa yang aku lakukan hari ini adalah cinta yang adil dengan perhitungannya tersendiri. Namun mungkin kau punya konsep lain yang akupun harus menghormatinya.

Aku seperti anak kecil memang terutama dalam menyikapi kenangan, seperti katamu bahwa “bukankah dewasa berarti siap melaskan dan merelakan” (dwitasari). Tetapi jika aku ingin berterus terang pada diriku sendiri tidak ada manusia dewasa sekalipun yang siap melepaskan. Mungkin dimulut mereka mengatakan siap tapi siapa yang tau tentang kedalam rasa mereka tetang kesiapan itu. Kita semua tidak pernah benar-benar dewasa, kita terus belajar menjadi dewasa sampai kata mati yang universal itu menjadi kenyataan. Kita hanya anak kecil yang memegang boneka kesayangan kita walaupun ketika Tuhan ingin mengambil boneka kecil itu dan menggantinya dengan boneka besar kita tetap tak percaya dan terus ingin menggenggam apa yang kita lihat dan miliki sekarang. Dan aku mengakui aku memang anak kecil.

Mungkin karena aku anak kecil maka aku selalu berharap kau selalu jujur dengan dirimu sendiri. Katakanlah apa yang mampu kau katakan pada kenangan. Jika kau masih bisa mengatakan kau mencintai kenangan maka katakanlah selagi kau bisa. Bahkan ketika waktu begitu sempitnya memberimu ruang. Aku tahu bahwa waktu yang begitu sempit akan menyakitimu, tetapi inilah kenyataan yang harus kau terima. Pilihanmu cuma dua menjadi jinak atau memilih untuk melawan sambil menunggu kematian akan jeratan kenangan. Akan ada masa ketika kau ingin mengatakan kedalaman rasamu, waktu tak mengijinkan dan ruang telah berbalik arah dihadapan yang lain. Kau harus tau bahwa waktu tetaplah pelari yang paling handal bagi kenangan. Ia tak akan terulang meski kau meronta-ronta untuk mengejarnya. Namun semuanya telah berlalu, lepas. Waktu telah melewati garis finish dan menuju garis finish lainnya dan ruang telah berbalik arah di tempat yang lain.

Kenangan dan akan menjadi Kenangan TITIK











Rabu, 29 Juli 2015

Kepergianku



Kepergianku


 Kepergian memang selalu menjadi musuh bagi ku, dia memberikan jarah pada kita dan dengan hebatnya bersekutu dengan waktu,, maka biarkan aku menari dengan kerinduan dalam tarian kebisuanku.....

Kepergianku ternyata menjadi tetesan peluh disudut matamu yang tak bisa ku hapus dengan kedua tanganku yang renta. Maka maafkan aku dengan kepergianku, aku inign tetap berada di sampingmu, tak melepaskan genggamanmu. Namun kau tahu, banyak hal yang memaksaku untuk melangkah pergi membawaku pada suatu jarak yang membuatmu terpisah begitu jauh dengan ku.
Maafkan aku dan kepergianku,, aku karena keduanya menjadi bilah pisau yang menyayat setiap lembaran kasihmu, bahkan tidak pula dirimu, bilah pisau itu ternyata bermata dua, yang setiap kali menyayatmu maka setiap kali itu pula ia menyayatku  tanpa rasa kasihan.
Memang jarak selalu menjadi musuh bagi kita, dan waktu juga menjadi sekutunya. Mereka merasa senang mempermainkan kita bersama kerinduan yang menggebu. Kerinduan, kata ini selalu saja menyiksa batin ku ketika senja, ataupun ketika bulan mengadah menuju langit yang menghitamkan wajahnya yang tak terbatas.
Kau tahu, di beberapa senja aku ingin menjelma menjadi dewi langit untuk menembus jarak yang menarik kita begitu kuatnya. Aku ingin bersamamu memelukmu agar kau tahu kerinduanku selalu saja ingin berlari kearahmu.
Aku menyukai tarian bersama dengan keriduan, menari bersama diamku agar aku tahu bagaiamana kerinduan  begitu menyiksa. Ini bukan tentang memenjarakan rinduku dalam diam dan keresahan. Ini tentang cinta dan makna kerinduanku dalam tarian sunyi merindukanmu. Acchh yang tersulit memang adalah merindukan,, karena jarak dan waktu begitu megahnya menjadi benteng untuk menemukan mu,,,
Kau tahu, setiap detik kerinduanku, selalu saja kusandingkan dengan amarah,, bukan karena hatiku menyimpan luka-luka dan kurawat di jiwa kecilku, tapi jiwaku sedang bosan dengan kerinduan yang tak kunjung bisa ku lepaskan dan kulewatkan,, mereka dengan kuatnya mengalahkan ku begitu saja pada peperangan ku bersama dengan diriku sendiri yang merindukanmu.
Maafkan aku,,, jika pada beberapa aku aku mencoba untuk membunuh diriku karena pisau 0 yang sering aku bicarakan denganmu di kota pertemuan kita. Pisau 0 yang begitu tidak masuk akal dalam sebuah hubungan. Maafkan aku kekasihku,, Maafkan ke khilafanku dan logika ku yang begitu dangkal dalam menilai. Aku ingin bertemu dengan mu setelah kepergianku,,, Mungkin akan ada kepergian yang lain,, tapi aku harap kepergian itu tidak pula menusukmu begitu hebatnya di kepergianku ini.
 Maafkan aku bersama kepergianku,,, maafkan diriku yang tak mampu mengalahkan jarak yang sedang bersekutu dengan waktu untuk memisahkan kita. Maafkan kediamanku dan tarian riduku di dalam senyap kebisuan, hingga kau mengira bahwa kau sedang merindukan bayang-bayang tanpa balasan,, kau harus tahu bahwa disetiap langit seusai senja aku selalu mengirimkan pesan pada rembulan yang tak kunjung purnama. Tentang aku dan tentang kerinduanku,, Apakah mereka menyampaikannya untuk mu???,,
Mereka memang bisu,, itulah kebodohanku,, aku menyampaiakan pesan yang tak sanggup bicara pada manusia sepertimu. Biarlah, semoga ketika kau menatap rembulan seusai senja kau tetap bisa menerima pesanku,, dengan hati yang bertautan, dengan sepasang cinta yang saling sahut menyahut dikala senja.


Regard


Perempuan Hujan