Kau yang sedang merencanakan Kematian
Ya itu kau
Setiap detik kau mencabuti akar bunga itu
Bunga yang kau rawat dalam kemarau panjang
Lalu kau gali pusaramu
Kau melangkah kebelakang seakan tak kuketahui
Sedang lupa, Ya kau sedang lupa
Aku adalah hidupmu
Tanpa sadar kau merencanakan pembunuhanku
Memasuki pusara yang kau gali
Sedang aku menunggu di liang lahat
Tidakkah kau ingin mencumbuku sebelum kematian?
Atau sekedar beradu kasih di ujung pusara
Atau kau sedang ingin kita bercumbu dalam satu pusara??
Ahhhh
Sungguh kau sedang merencanakan kematian
KITA
cerita perempuan hujan
Karena akan banyak kisah disetiap gemericik hujan
Selasa, 15 September 2015
Sabtu, 12 September 2015
Selamat Wisuda Kakak Yozh
Selamat pagi.....
Selamat Wisuda…
Tahun ini menjadi tahun yang
lebih banyak mendatangkan kabar gembira buat kita berdua. Tahun dimana aku dan
kamu lulus pada hari yang sama, tahun dimana aku dan kamu diwisuda dan tahun
dimana aku dan kamu akan membuktikan bahwa perasaan yang tumbuh diantara kita
adalah tulus yang selalu kita doakan agar direstui oleh Tuhan. Semoga semuanya
dilancarkan. Amin.
Kekasihku, Andi Yos yang selalu
menambahkan nama belakang dirinya dengan Mappangara.
Sesungguhnya aku sedang merasa
cemas, karena tak bisa melewati hari wisudamu bersamaku, aku yang tidak ada
disampingmu. Maafkan aku, tapi bukankah ini kesepakatan kita kan?? Kita sedang
merencanakan tarian besar dalam hidup kita yang akan kita rayakan bulan depan dan
kita telah bersepakat agar aku berfokus pada pesta itu. Aku menyetujuinya.
Mulai sekarang memang kita harus lebih banyak berhemat dan memikirkan banyak
hal, serta segala kemungkinan yang akan kita hadapi berdua. Ya tentu saja
berdua.
Mungkin saat ini kamu sedang
melewati prosesi sidang terbuka, sedang menyanyikan hymne dan mars
universitasmu, sedang mengucapkan janji alumni dan menuju prosesi bersalaman
dengar rektor dan dekan di universitasmu,, Selamat. Mungkin kamu tidak menjadi
wisudawan terbaik namun aku tahu kau selalu melakukan yang terbaik. Sebelum
wisuda kau pernah meminta maaf untuk itu, kau tak bisa menjadi wisudawan
terbaik, tapi bagiku tak menjadi masalah, kau tak berhutang kepadaku. Bagiku
kau selalu menjadi yang terbaik, walau terkadang aku tak percaya dengan
keputusanmu dan butuh waktu untuk meyakinkanku. heeeehehee
Masih ingatkah kamu?, 3 tahun
lalu saat aku marah dan mengatakan kamu seorang yang pembohong, kerena saat itu
kita telah berjanji untuk berangkat melanjutkan pendidikan bersama-sama dan
lulus bersama. Namun kau melanjutkan
pendidikan setahun lebih dulu denganku. Lalu dengan itu aku berencana tak
mengantarmu ke bandara apalagi untuk memberikan senyuman padamu sebelum kau
berangkat ke Surabaya. Walaupun kamu selalu meyakinkanku akan lulus bersama-sama
karena masa studimu yang akan berlangsung lebih lama dari biasanya, tapi aku
tetap tak percaya, kau akan lulus lebih dulu atau kau akan jatuh cinta pada
perempuan lain disana. Lalu olok-olokan teman-teman kita selalu membuatku
percaya bahwa kau akan jatuh cinta beneran.
Setahun kemudian aku menyusulmu,
walaupun tidak dalam satu kota, tetapi jarak Malang dan Surabaya menjadi lebih
dekat bagi kita. Kita belajar seperti mahasiswa kebanyakan, kita mengejar
mimpi-mimpi kita dan benar janjimu tak meleset bahkan lebih hebat dari yang
pernah kubayangkan. Tepat di tanggal 25 juni 2015 kita lulus, kita ujian di
hari yang sama, di kota yang berbeda. Dan rencana Tuhan memang selalu lebih
indah buat kita.
Aku juga pernah memimpikan saat
keluar dari ruang ujian, kau akan datang memberiku seikat bunga, dan
mengabadikannya lewat foto dengan senyum yang paling bahagia. Namun rencana
Tuhan jauh lebih indah. Ternyata doa dan mimpi kita 3 tahun yang lalu yang
sedang dikabulkan Tuhan.
Diperjalanan menuju bangku
kelulusan pun selalu kita warnai dengan banyak pertengkaran. Aku marah dan kamu
akan lebih marah, aku egois dan kamu akan jauh lebih egosi, bahkan aku pernah mengatakan
aku tidak mencintaimu lagi lalu kau terdiam dan tak acuh padaku, atau bahkan
kita pernah tak saling mengabari selama 5 bulan. Namun semua pertengkaran itu
berhasil kita lewati. Sejak awal kita telah memimpikan untuk bersama-sama, walau
perjalanan tak selalu lurus dan mulus. Selalu ada kerikil dan jalan
berkelok-kelok di perjalanan menuju tujuan kita. Tetapi tetap saja kita bisa
melewatinya dan bersama.
Terkadang ada marah diantara
kita, namun bukankah kemarahan membuat hati kita sedang berfungsi untuk
merasakan kecewa??. Setiap pertengkaran selalu memacu hati kita yang sedang
bertumbuh sampai pada titik kita akan menertawai diri kita sendiri yang sedang
marah. Entah tertawa karena kelucuan apa.
Walaupun kita tidak melewati
prosesi wisuda di tempat yang sama atau di tanggal yang sama dan ada aku dan
kamu disana, tetapi kita wisuda di bulan yang sama. Dan selalu ada kata sama
yang tersisa diantara kita.
Selamat Wisuda
Semoga kamu menjadi seorang M.Si
yang bertanggung jawab, menjadi seorang insan akademik yang bersetia dan jujur.
Semoga ini menjadi langkah awalmu membangun bangsa memberi banyak manfaat bagi
orang lain dan menjadi khalifah dibumi sesuai tugasmu sebagai manusia.
Hari ini kamu di kukuhkan
menjadi seorang yang terpelajar, maka berati kamu mengemban amanah yang semakin
besar. Tidak hanya untuk dirimu sendiri, keluargamu, namun juga bangsamu. Kamu
harus menjadi poros bagi masyarakat untuk mengembangkan keilmuan dan memajukan
peradaban bangsa kita. Aku tahu ini tugas berat, Namun bukankan kita pernah
berjanji bersama untuk mewujudkan hal itu, bersama pula dengan teman-teman
terpelajar lainnya. Semoga.
Selamat wisuda, dan aku selalu bangga kepadamu
Teruntuk Kekasih Jiwaku
Aku ingin menulis surat untukmu,, ah tidak mungkin
sebuah catatan hatiku, melalui waktu-waktu dengan mencintaimu yang kadang tak sempat
kusampaikan padamu,,, kadang kusembunyikan bahkan kadang kutulis lalu
kumusnahkan
Entah apa yang menggerakkan jari-jariku untuk
menulis catatan hatiku padamu,, tentang cintaku yang hampir kandas karena
ulahku,, bahkan dalam perjuanganku yang dipenuh resah ketika malam-malam mulai
menyapa atau gelap yang mulai menyelimuti saat jarak mulai menjadi raja diantara kita.... memisahkan kita dalam kepasrahanku
yang sesungguhnya aku ingin berontak karenanya..
Apakah karena kita telah terbiasa menjauh,..???
ataukah karena kita tak lagi saling mencintai dalam ketulusan yang mendalam???.. Ah aku rasa kita hanya saling menjauh,, karena jika kita tak saling mencintai
tidak mungkin kita berupaya mencoba memulai kasih kembali dalam hati yang tidak
lagi utuh saat kita bersama dahulu...
Aku ingin mencintaimu dengan cara yang tidak
sederhana,, aku ingin mencintaimu dengan cara yang sesempurna yang aku bisa,
dan yang terbaik dalam hatiku,,, karena saat aku sadar bahwa hatiku telah jauh
melangkah,, aku akhirnya menerobos waktu, jarak dan cemohhan orang-orang untuk
menggapaimu kembali,,,
Terima kasih karena mau belajar mencintaiku lagi
Kau tahu, aku begitu kuat untuk menahan
sakit,,,apalagi jika itu bertujuan untuk membahagiakan dirimu,, bertujuan untuk
membuatmu merasa nyaman,, Jika beberapa hari ini kau merasa bahwa aku
mengganggu ketenangan jiwamu,, maka maafkanlah,, sesungguhnya aku hanya ingin
memperhatikan dan menyanyangimu lebih dalam bentuk lain
Sejak jarak menjadi raja dan waktu masih saja
berjalan lambat,,, yang terus melingkupi keresahanku,, saat malam-malam tidak
menjadi sahabat untuk membelai mata dan kepalaku untuk terlelap,, saat gelap
tidak lagi menjadi ketakutan bagi pengantar tidurku yang akan membawaku
terlelap,,, aku selalau berdoa agar tuhan tetap menjagamu,, dan terus membuka
hatimu untukkmu untuk tetap mencintaiku dan menyayangiku setulus hati seperti
dulu dan takan pernah berubah sampai aku tak lagi kuat, saat mataku mungkin
mulai rabun untuk terus memperhatikan wajahmu, saat senyumanku tak lagi indah
karena keriput dan gelambir wajah menjadi garis dan tanda bahwa aku akan
menghadap yang maha kuasa.....
Mungkin dirimu bukan seorang penikmat tulisan
konyol seperti tulisan yang kini ku kirimkan kepadamu,, mungkin tulisan ku
bukan tulisan hebat,,, ini memang bukan tulisan yang perlu dinilai,, tapi ini
tulisan yang hanya perlu kamu baca dengan hatimu yang tulus tanpa ego,, karena
ketakutanku kehilanganmu,, karena ketakutanku membuat dirimu semakin
menjauh,,,
Beberapa waktu,serasa kau ingin sendiri dan menjauh
dariku,,, Ingin menikmati kesendirian,,, maka jika itu pintamu, aku membiarkan kamu
merasakannya...aku juga ingin tahu apakah kamu merasa bahagia dengan
kesendirian itu atau kamu merasa tak lengkap tanpaku,,,
Aku mencintaimu dengan segala kekuranganmu dan
kelebihanmu,, entah sikap pemarahmu yang akhir-akhir ini muncul adalah sebuah
sikap yang selama ini tertutupi ataukah memang engkau yang telah berubah,,,
tapi yang pasti,, jika kau mencintaiku, dimana pun kau pergi kita akan tetap kembali pada tempat dimana sesungguhnya
hati ini berlabuh,,, walau cinta itu kadang membutakan tapi sesungguhnya dia
tahu dimana ia selayaknya kembali
walau tak tahu arah kasih sayang akan
menuntunnya untuk pulang....
Jumat, 11 September 2015
Aku Seorang Perempuan Yang Kalah
“Kau
adalah perempuan yang selama ini aku cari, kau satu-satunya perempuan yang
layak aku sandingkan dengan diriku, dan kujadikan istri, begitu lama aku
mencari perempuan seperti dirimu, dan mengapa baru sekarang aku menemukannya”
Aku
selalu mengingat kata itu, mungkin bukan sebuah janji kepadaku. Tapi bagiku kau
sedang menegaskan kepadaku bahwa aku perempuan terbaik dalam hidupmu dan takkan
pernah ada perempuan lain yang akan menggantikanku. Bagi aku yang sedang jatuh cinta padamu, aku
akan dengan mudah percaya. Perempuan memang selalu percaya tanpa ada
pembuktian, mereka bisa mempercayai sesuatu hanya dengan menggunkan telinganya.
Termasuk Aku.
Tak
satupun perempuan yang rela jika cintanya dibagi, termasuk aku. Jikalau harus
merelakan ragamu mungkin aku siap. Namun jika merelakan hatimu tentu saja aku
takkan pernah siap. Mungkin ada hal yang perlu perempuan pelajari di bangku
sekolah, yang selama ini tak pernah ada pada pelajaran-pelajaran formal bahkan
di jenjang doktor sekalipun. Pelajaran tentang bagaimana mengenali lelaki yang
sedang berbohong (Nanti-Lelaki terakhir yang menagis di Bumi). Mengenali
kebohongan seorang lelaki seperti kepingan
puzzle yang sulit untuk dimengerti, dan aku yakin jika dilakukan tes kecerdasan
mengenali kebohongan laki-laki maka hampir semua perempuan akan remedial
berulang kali. Apalagi jika mereka sedang jatuh cinta. Jika patah hati dengan
segala kesedihan membuat manusia sulit diatur maka jatuh cinta menjadikan
manusia tak dapat dikendalikan.
Hari
ini aku sedang berada dilembah terjal menuruni anak tangga kenangan dan mencoba
mengingat kembali semua tulisan-tulisanmu yang selalu kau hadiahkan padaku.
Bagimu itu adalah rumahku tempat aku berlindung dari segala keresahanku. Namun
bunga menjadi layu dan aku terusir dari rumahku. Tetapi kau jangan salah
sangka, aku hanya sekedar mengenang dan mengingatkanmu. Bukan untuk
menghakimimu. Bukankah hanya kenangan yang akan menjadi kawan. Bukankan setiap
kisah selalu menjadi sejarah. Hanya ada dua kemungkinan, menjadi menjadi
sejarah yang indah dan menjadi sejarah yang kelam. Namun keduanya tetaplah
sejarah yang memberikan pembelajaran bagi manusia. Termasuk kisahku denganmu.
Kenangan tentangmu bagai dua mata
pisau yang tajam keduanya mampu mengiris. Kisah indah akan menjadi kenangan
manis sambil menikmati secangkir kopi dan memandangi langit biru. Kenangan
pahit akan menjadi pembelajaran untuk menata kehidupan yang lebih baik.
Seharusnya manusia senantiasa bersyukur untuk segala perkara yang dia temui, karena
pada akhirnya semua berujung pada kebaikan. Aku tahu bahwa aku sedang menjelma
menjadi cinta yang marah dengan kekesalanku pada akhir yang bagiku menyakitkan
mungkin juga karena aku tak menerima kekalahan. Mungkin karena harapan masih
saja menggeliat dipikiranku dan perasaanku. Dan aku masih berusaha untuk
percaya pada semua kata.
Bagimu aku adalah sepenggal kisah
lalu, benarkah aku kisah yang lalu??, aku hanya bertanya benarkah seperti itu.
Kau tak pernah kusandingkan dengan kata itu, kau adalah keabadian dalam
kenanganku dan menjadi kekasih dalam kenanganku dan selalu seperti itu. Lalu
kuabadikan kau lewat pekerjaan-pekerjaan keabadian. Takkan hilang di liang lupa
dan takan tergerus oleh waktu walau tulang sudah menjadi tanah. Dia abadi dalam
tulisan. Namun mungkin kau punya pendapat yang lain dan memilih keputusan yang
untuk menyandingkanku sebagai kisah lalu. Namun harus kau tau aku tetap abadi,
dan aku jiwa yang abadi. Dan kali ini aku sedang tidak sependapat denganmu,
tapi itu keputusanmu yang harus aku hormati.
Cinta dan harapan seperti bagian kehidupan
yang tak akan habis untuk kau baca. Cinta dan harapan mampu membuat manusia
benar-benar hidup dan mampu membunuh manusia dengan seketika. Mungkin ini pula
yang terjadi padamu, cinta dan harapanmu terus saja berperang dengan sang nyata
bahwa ada kisah yang memang tak perlu mengenal tuannya.
Aku perempuan yang kalah..
Aku mengakui padamu, aku memang
kalah dengan perempuan yang memang ingin memilikimu sejak dulu, dan aku
mengakui kekalahanku karenanya. Aku kalah karena ia mampu mematahkan semua
janjimu kepadaku, janji penjagaanmu dan janji kebadian darimu. Tapi tak
perlulah aku menagihnya, hanya sekedar mengingatkanmu lalu kubiarkan kau
menghukumku pada janji yang mungkin kau kira telah kupatahahkan sejak dulu.
Aku perempuan yang kalah..
Aku kalah karena kau menginginkan
kekalahanku, saat kau benar-benar tak mampu bertahan melindungiku, katamu.
Namun biarlah kisah ini menjadi kisah perempuan yang kalah. Kalah atas
pertarungan memenangkan hatimu. Bukankah hatimu memang tidak untuk
dimenangkan??. Kau bukan perlombaan apalagi hatimu. Ia memilih dengan siapa ia
ingin membuka pintunya dan dengan siapa ia akan menyerahkan kuncinya. Walau terkadang setiap hati tak selalu
bertemu dengan tuannya. Mungkin sekedar singgah dan hanya menjadi persinggahan.
Lalu aku perempuan yang kalah dan mengakui kekalahannya.
Aku perempuan yang kalah…
Dan aku tahu kau tidak sedang
bahagia hari ini, kau sedang mencari liang lupa, berlari bersama waktu di
jalan-jalan sepi. Namun tak juga kau temukan liang lupa itu. Aku adalah
kenangan yang abadi. Bahkan ketika aku adalah perempuan yang kalah dang
mengakui kekalahannya. Mungkin ada masa kau akan menjinakkan dirimu pada
kenangan dan menjadikannya sahabat, agar kau bisa menjadi benar-benar hidup.
Dan disaat yang sama aku menjadi perempuan yang kalah dan mengakui
kekalahannya.
Aku memang selalu kalah dengannya,
sejak awal aku tahu bahwa kau adalah orang yang akan menghancurkanku lagi dan
lagi. Aku bisa mengalami kehancuran sebesar aku mencintaimu. Lalu selalu
bersedia untuk memberi pengampuan. Terima kasih kau telah mengajariku banyak
hal sebanyak kau memberikan kebahagian dan kehancuran padaku dalam waktu yang
bersamaan. Lalu maafkan aku yang mencintaimu sekaligus menyakitimu (fadh
fahdephie - Rumah tangga)
Kamis, 10 September 2015
Sebuah Sajak
Aku ingin melukiskan sesak dalam sebuah tanda
yang tak bisa kau mengerti
Mungkin sebuah di kertas kosong yang usang
Atau pada batu besar yang tak bisa kuhancurkan
Atau tembok besar yang terlalu tinggi dan tak
bisa ku lampaui,
Dan selalu menahanku saat aku mencoba berlari
kearahmu.
Teruslah menahanku, selalu dan selalu
Rabu, 09 September 2015
Kenangan TITIK
Kenangan akan menjadi abadi, dia perjalanan jiwa. Kita hanya bisa memilih untuk berdamai dengan kenangan atau berpura-pura melupakannya.
Aku
pernah berjanji pada diriku sendiri untuk tidak meuliskan surat lagi untukmu “kenangan”,
aku benci dengan dirimu. Kau tahu aku lebih banyak membaca akhri-akhir ini, aku
merasa membaca bisa membuatku lari dari keinginanku untuk menulis surat
kepadamu, aku merasa buku-buku adalah tempat yang paling aman untuk bersembunyi.
Tapi membaca adalah sebuah pekerjaan bersuhu tinggi. Semakin aku membaca dan
bersembunyi maka kepalaku pun semakin panas untuk menuliskan banyak surat
untukmu, entah dari mana hubungan ini bisa terjadi tapi kata-kataku begitu
banyak untuk segera dialirkan dan ditumpkahkan pada secarik kertas kosong.
Mirip
seperti bendungan penampungan air. Semakin aku membaca maka semakin banyak air
yang ditampung, masalahnya adalah kapasitas bendungan fikiranku terbatas, jika
tetap kutampung tanpa ampun, maka air ini bisa saja menjadi air bah yang akan
merusak segala hal disekitarnya, memang pengrusakan selalu saja mengajari hati
manusia untuk memberikan pegampunan tapi tetap saja manusia bertugas untuk
menjaga kedamaian sekitarnya. Dengan alasan itu aku tahu aku sedang butuh
menulis. Bagiku menulis adalah pekerjaan yang bersuhu rendah, menulis seperti
air mengalir dan begitu dingin. Aku butuh keseimbangan dalam pikiranku, agar
kau tetap ada disana dan tetap seperti itu.
Pagi
ini aku menatap pohon kecil di dekat jendela kamarku dan mendengarkan kicau
burung pipit yang sedang berkasih sayang dengan pasangannya. Seketika itu aku
tahu bahwa aku juga membutuhkan waktu berkasih sayang denganmu,
mungkin tidak seperti burung pipit yang kulihat pagi ini, cukup dengan menulis
surat untukmu menumpahkan semua kata yang telah tertampung cukup lama di
bendungan fikiranku. Aku butuh menulis.
Ada
banyak kata yang tak sempat aku ucapkan kepadamu di akhir pertemuan kita. Aku
tahu kau telah memutuskan untuk berhenti menulis surat-surat untukku. Mungkin
kau marah denganku karena aku tak pernah lagi membalas suratmu beberapa bulan
ini. Tapi kau harus tahu, aku memilih diam bukan karena tak merindukanmu atau
tak peduli denganmu. Aku memilih diam karena aku merasa diam adalah tempat yang
paling aman untukku, setidaknya dalam diam aku bertemu dengan sepi dan
keheningan. Sepi bagiku adalah obat mujarab bagi segala kesakitan, berteman
dengan diri sendiri dan berdialog dengan hati yang sedang rapuh. Lalu
mengalirkannya dalam rinai air mata yang tak perlu kau liat dan tak berharap
engkau hapus dari pipiku.
Aku
telah berusaha mencarimu, disetiap orang yang melewati tempat pertemuan kita,
disetiap taman, disetiap bunga dan rerumputan, disetiap kumbang yang kau
kenalkan padaku dan disetiap langit yang kulalui. Tetapi tak ada jawaban dari mereka,
mereka hanya berkata tak tahu tentangmu. Aku tahu mereka mengetahuinya, aku
curiga kau memang senganja bersembunyi dan meminta mereka untuk
menyembunyikanmu dari ku dan dari pencarianku.
Seketika
aku marah, aku marah karena aku selalu berfikir bahwa kau mencintaiku,
merindukanku dan selalu ingin mendekapku. Tapi tidak, kau tak datang walaupun
telah kugedor dinding-dinding keangkuhanmu begitu keras. Hasilnya tetap saja
sama, kamu betah di ruang persembunyianmu yang mungkin sudah kau temukan
kebahagiaan disana. Aku lelah, aku memang lelah dan kuputuskan untuk pulang. Kepulanganku
begitu menyedihkan, aku yang berjalan di jalan kecil kesedihanku tanpa kamu. Di
jalan itu aku hanya mendengar suaramu yang selalu marah kepadaku ketika aku
menggenggam bola panas sendiri dan tak membaginya padamu. Tapi di jalan kecil
ini kudapati diriku menggenggam bola panas ini sendiri tanpa kamu, sedang aku
membutuhkanmu untuk menggenggam bola panasku yang lain. Dan kau tak ada.
Aku
menjelma menjadi cinta yang marah, namun kau tahu???? Hatiku tak begitu kuat
untuk menggenggam kemarahan tentangmu begitu lama. Aku mengerti perpisahan
begitu menyakitkan dan selalu menjelma menjadi sepi yang mencekam dan manusia
selalu benci dengan cekaman sang sepi. Mungkin kau juga sedang merasakan
kebencian itu juga. Sedang aku mencoba untuk melawan sepi dengan bersembunyi di
balik buku-buku itu. Tapi semakin aku melawan sepi maka semakin kuat pula sepi
itu mencekamku. Yang kutemukan hanyalah ketakutan, perlawanan yang tak mampu
membunuh musuh namun semakin membunuh tuanya sendiri.
Sesaat
aku menatap langit biru, warna biru yang selalu kau simbolkan dengan kedalaman
perasaan. Jauh dan berjarak namun tetap jelas warna yang dia miliki. Mungkin
itu simbol dari rasa yang belum kita temukan jawabannya sampai hari ini sebelum
engkau memutuskan untuk bersembunyi dan terus bersembunyi sedang kau tahu aku
sedang mencarimu disetiap sisi perjalananku. Mungkin hanya diriku, aku merasa
biru adalah kedalaman itu, mungkin itu juga yang sedang kau maksudkan kepadaku
dengan bersembunyi. Jauh dan berjarak dengan warna yang nampak jelas. Kau dan
aku yang berjarak namun jelas ada pada rasa yang sama.
Aku
tahu bahkan ketika aku sedang belajr untuk mengerti warna biru itu, walaupun
aku sedang menatap langit di jalan kecil ini, kenangan selalu lihai menari-nari
di dalam pikiranku, lalu secepat kilat mengoyak-oyak perasaan ku. Ternyata
mengerti tentang rasa tidak berarti kita mampu berdamai dengan kenangan. Kenangan
adalah sisa perjalanan jiwa yang akan abadi. Jika kau berfikir bahwa kau mampu
menguburnya bahkan melupakannya maka sama saja kau sedang menulis di dalam air.
Semakin kau menulis semakin tak tampak hasil tulisanmu. Semakin kau melawan
kenangan maka semakin ia ada dalam pikiranmu dan semakin sakit pula kau
dibuatnya.
Aku
mengutip kata Aan Mansyur- Lelaki Terakhir Yang mengis Di Bumi, “kenganan punya
banyak cara untuk menjerat dan membunuh pemiliknya. Manusia tidak lebih dari
seekor binatang bodoh dan lemah dihadapan kenangan. Hanya ada dua pilihan.
Menjadi jinak atau mati terjerat dalam sejenak”. Jika kau memilih melawan
kenangan aku menghormati segala keputusanmu dan mungkin kau sedang menunggu
untuk mati dalam jeratan kenangan. Namun aku memiliki keputusan yang berbeda,
aku memilih menjadi jinak, bersahabat dengan kenangan dan menjadikannya bagian
dari diriku. Karena bagiku tidak ada kata lupa bagi kenangan dikarenakan waktu,
yang ada hanyalah berdamai dengan kenangan seiring dengan berlalunya waktu atau
kita berpura-pura lupa dengan kenangan. Dan aku berharap kau mengerti maksudku.
Aku
tahu kau tak menerima akhir dari kisah ini, kau terjerat dalam harapanmu yang
jelas-jelas kosong. Kau selalu berkata kepadaku bahwa kata kita adalah kata
yang tak mungkin dengan lima benteng yang sering kau keluhan padaku, namun kau
harus tau bahwa segala kehidupan di Bumi ini selalu punya kata kecuali dan kata
tetapi kata kak Aan. Mungkin kita kita tidak akan ada pada dunia yang nyata,
tapi kata kita bisa hadir di lembaran tulisan-tulisanmu hanya untuk
mengantarkan rindu yang berdera dan berderu dalam bingkai kenangan dan abadi
dalam tulisan. Ya mengabadikanmu dalam tulisan dan akan kau baca nantinya
sambil tersenyum di kursi goyangmu bersama secangkir kopi dan kaca mata tuamu.
Hanya itu, cukup itu dan akan sampai disitu.
Lalu
karena semua alasan ini aku mencarimu sesungguhnya. Tapi kau selalu senang
dalam persembunyianmu mempermainkanku diluar sana yang sedang menggedor-gedor
pintu-pintu persembunyianmu. Dan aku tahu kau juga sedang sekarat disana. Ingin
aku menolongmu segera namun mungkin kau punya cara lain untuk menolong dirimu
sendiri. Semoga kau tak pernah menyesal dengan keputusanmu, karena aku selalu
berharap untuk itu. Walaupun mungkin melihat orang lain menyesal karena
perbuatannya yang menyakiti adalah kabahagiaan yang sangat jarang ditemui,
namun aku tak pernah mengharapkan itu terjadi padamu.
Sampai
akhirnya aku memutuskan berhenti menggedor-gedor pintu persembunyianmu bukan
karena aku lelah, tapi aku menghargai segala yang kau putuskan, walau kadang
aku berfikir bahwa kau sendiri tak menghargai segala keputusanku. Bahkan
sekedar untuk mendengarkan alasan-alasanku. Semuanya kau ganti dengan kata
salah termasuk awal kebagiaan yang pernah kau rajut bersamaku kau ganti dengan
kata salah dan tidak baik. Aku hanya ingin mengenang katamu yang selalu
memarahiku ketika aku mengucapkan kata yang sama dan memutuskan untuk menjauh
lebih awal, hanya untuk mengenang. Lalu kupersilahkan kau hukum aku sebagai pelaku
kejahatan. Mungkin itu keputusanmu yang harus kuhormati.
Namun
kau harus tau, bahwa tidak ada cinta yang tidak adil. Banyak konsep yang telah
kita pelajari tentang adil, seperti tidak berat sebelah. Namun jika itu
keadilan maka akan ada tambahan kata “ke” yang berarti kata kerja atau upaya/berusaha
untuk adil. Tapi adil yang seperti apa?, dan defenisi yang seperti apa yang
paling cocok untuk itu?. Namun bagiku konsep itu diterapkan dalam cinta, tetap
saja cinta punya perhitugannya sendiri. Cinta memiliki angka-angka sendiri,
penilaian sendiri dan penjumlahanya tersendiri. Dan bagiku apa yang aku lakukan
hari ini adalah cinta yang adil dengan perhitungannya tersendiri. Namun mungkin
kau punya konsep lain yang akupun harus menghormatinya.
Aku
seperti anak kecil memang terutama dalam menyikapi kenangan, seperti katamu
bahwa “bukankah dewasa berarti siap melaskan dan merelakan” (dwitasari). Tetapi
jika aku ingin berterus terang pada diriku sendiri tidak ada manusia dewasa
sekalipun yang siap melepaskan. Mungkin dimulut mereka mengatakan siap tapi siapa
yang tau tentang kedalam rasa mereka tetang kesiapan itu. Kita semua tidak
pernah benar-benar dewasa, kita terus belajar menjadi dewasa sampai kata mati
yang universal itu menjadi kenyataan. Kita hanya anak kecil yang memegang
boneka kesayangan kita walaupun ketika Tuhan ingin mengambil boneka kecil itu
dan menggantinya dengan boneka besar kita tetap tak percaya dan terus ingin
menggenggam apa yang kita lihat dan miliki sekarang. Dan aku mengakui aku
memang anak kecil.
Mungkin
karena aku anak kecil maka aku selalu berharap kau selalu jujur dengan dirimu
sendiri. Katakanlah apa yang mampu kau katakan pada kenangan. Jika kau masih
bisa mengatakan kau mencintai kenangan maka katakanlah selagi kau bisa. Bahkan
ketika waktu begitu sempitnya memberimu ruang. Aku tahu bahwa waktu yang begitu
sempit akan menyakitimu, tetapi inilah kenyataan yang harus kau terima.
Pilihanmu cuma dua menjadi jinak atau memilih untuk melawan sambil menunggu
kematian akan jeratan kenangan. Akan ada masa ketika kau ingin mengatakan
kedalaman rasamu, waktu tak mengijinkan dan ruang telah berbalik arah dihadapan
yang lain. Kau harus tau bahwa waktu tetaplah pelari yang paling handal bagi
kenangan. Ia tak akan terulang meski kau meronta-ronta untuk mengejarnya. Namun
semuanya telah berlalu, lepas. Waktu telah melewati garis finish dan menuju garis finish
lainnya dan ruang telah berbalik arah di tempat yang lain.
Kenangan
dan akan menjadi Kenangan TITIK
Rabu, 29 Juli 2015
Kepergianku
Kepergianku
Kepergian memang selalu menjadi musuh bagi ku, dia memberikan jarah pada kita dan dengan hebatnya bersekutu dengan waktu,, maka biarkan aku menari dengan kerinduan dalam tarian kebisuanku.....
Kepergianku ternyata
menjadi tetesan peluh disudut matamu yang tak bisa ku hapus dengan kedua
tanganku yang renta. Maka maafkan aku dengan kepergianku, aku inign tetap
berada di sampingmu, tak melepaskan genggamanmu. Namun kau tahu, banyak hal
yang memaksaku untuk melangkah pergi membawaku pada suatu jarak yang membuatmu terpisah
begitu jauh dengan ku.
Maafkan aku dan
kepergianku,, aku karena keduanya menjadi bilah pisau yang menyayat setiap
lembaran kasihmu, bahkan tidak pula dirimu, bilah pisau itu ternyata bermata dua, yang setiap kali menyayatmu maka setiap kali itu pula ia menyayatku tanpa
rasa kasihan.
Memang jarak selalu
menjadi musuh bagi kita, dan waktu juga menjadi sekutunya. Mereka merasa senang
mempermainkan kita bersama kerinduan yang menggebu. Kerinduan, kata ini selalu
saja menyiksa batin ku ketika senja, ataupun ketika bulan mengadah menuju
langit yang menghitamkan wajahnya yang tak terbatas.
Kau tahu, di beberapa
senja aku ingin menjelma menjadi dewi langit untuk menembus jarak yang menarik
kita begitu kuatnya. Aku ingin bersamamu memelukmu agar kau tahu kerinduanku selalu
saja ingin berlari kearahmu.
Aku menyukai tarian
bersama dengan keriduan, menari bersama diamku agar aku tahu bagaiamana kerinduan
begitu menyiksa. Ini bukan tentang
memenjarakan rinduku dalam diam dan keresahan. Ini tentang cinta dan makna
kerinduanku dalam tarian sunyi merindukanmu. Acchh yang tersulit memang adalah
merindukan,, karena jarak dan waktu begitu megahnya menjadi benteng untuk
menemukan mu,,,
Kau tahu, setiap detik
kerinduanku, selalu saja kusandingkan dengan amarah,, bukan karena hatiku
menyimpan luka-luka dan kurawat di jiwa kecilku, tapi jiwaku sedang bosan
dengan kerinduan yang tak kunjung bisa ku lepaskan dan kulewatkan,, mereka
dengan kuatnya mengalahkan ku begitu saja pada peperangan ku bersama dengan
diriku sendiri yang merindukanmu.
Maafkan aku,,, jika pada
beberapa aku aku mencoba untuk membunuh diriku karena pisau 0 yang sering aku
bicarakan denganmu di kota pertemuan kita. Pisau 0 yang begitu tidak masuk akal
dalam sebuah hubungan. Maafkan aku kekasihku,, Maafkan ke khilafanku dan logika
ku yang begitu dangkal dalam menilai. Aku ingin bertemu dengan mu setelah
kepergianku,,, Mungkin akan ada kepergian yang lain,, tapi aku harap kepergian
itu tidak pula menusukmu begitu hebatnya di kepergianku ini.
Maafkan aku bersama kepergianku,,, maafkan
diriku yang tak mampu mengalahkan jarak yang sedang bersekutu dengan waktu untuk
memisahkan kita. Maafkan kediamanku dan tarian riduku di dalam senyap kebisuan,
hingga kau mengira bahwa kau sedang merindukan bayang-bayang tanpa balasan,,
kau harus tahu bahwa disetiap langit seusai senja aku selalu mengirimkan pesan
pada rembulan yang tak kunjung purnama. Tentang aku dan tentang kerinduanku,,
Apakah mereka menyampaikannya untuk mu???,,
Mereka memang bisu,,
itulah kebodohanku,, aku menyampaiakan pesan yang tak sanggup bicara pada
manusia sepertimu. Biarlah, semoga ketika kau menatap rembulan seusai senja kau
tetap bisa menerima pesanku,, dengan hati yang bertautan, dengan sepasang cinta
yang saling sahut menyahut dikala senja.
Regard
Perempuan Hujan
Langganan:
Postingan (Atom)